Selasa, 30 Januari 2018

Cerita Hamil Mil #3: Review Dr. Diah Rumekti SPOG (K) di RSIA Adinda Jogja


Aloow~ Saat ini usia janin aku masuk 12 w. Alhamdulillah wasyukurillah mual-muntah sudah berkurang dan sudah bisa makan nasiii, horay!!

Sebenarnya jadwal kontrolku masih 2 minggu lagi ke dr. Mitta di JIH. Tapi, dasarnya aku kepo dan pengin memastikan lagi ke dokter yang lebih senior, (mengingat riwayat kehamilan pertama yang beresiko) jadi aku nyoba periksa ke dr. Diah Rumekti di RSIA Adinda. Kebetulan lokasinya nggak jauh dari rumah. Dulu pas kali pertama kontrol sebenarnya udah daftar sama dokter ini, tapi pada hari H eh dokternya berhalangan dan diganti dokter lain.

Sebelumnya aku telpon dulu daftar H-1. Jadwal dr. Diah Rumekti adalah Senin, Selasa, Kamis, Sabtu pukul 17.00 WIB. Tapi, nanti nomor urutnya sesuai kedatangan, jadi aku datang pukul 17.00 kurang, alhamdulillah nomor 4 dan RS masih sepi. Tempat nunggu juga enak dan bersih. Kursinya sofa jadi bisa lendot-lendot manja.

Sebelum masuk ruang periksa, aku tanya ke suster di FO. Jadi, dr. Diah Rumekti ini (k) atau subspesialisnya fetomaternal. Itu intinya untuk kehamilan beresiko gitulah ya, penyakit-penyakit kehamilan gitu katanya. Cucmey.

Begitu masuk, benar adanya kata khalayak bahwa dr. Diah Rumekti ini cantik wkw, cara bicaranya juga halus, tak lupa senyum. Namun, dibalik itu ada ketegasan yang tersimpan dalam sanubarinya. Akika kena omel gara-gara minta surat izin sakit, LOL. Kata beliau, harusnya beliau yang menentukan, bukan eke. Ya gimana dok, pusing akika buat kerja T.T.

Saat usg yang hanya beberapa detik itu beliau hanya bilang, "Ini ya bayinya, panjangnya 5cm, sudah ada detak jantung." Sudah, itu sadjaa~ Detak jantung jg tidak dikumandangkeun seus. Gapapa sih, aku udah dengar sebelumnya.

Lalu, jiwa kepo aku menyeruak kan yah, aku tanya usia segini udah kelihatan apa aja, usia berapa bisa mendeteksi kelainan, misal down syndrom, dll.

Beliau menjawab bahwa usia segini semuanya berkembang. Untuk usg yang lebih detil nanti ada waktunya saat 18-24w. Maksudnya ini usg 4 dimensi kayaknya, bukan dengan alat usg yang dipakai saat itu. Oiya, hasil usg di Adinda ini nggak begitu jelas, nggak sejelas usg di JIH.


Baca juga: USG di JIH

Tentang kelainan beliau menegaskan bahwa nggak usah mikirin itu, nggak usah banyak baca, salah-salah malah dapat info yang nggak benar. Iya sih, internet emang suka menjerumuskan ke lembang browsing yang berkepanjangan dan jadi aeng-aeng, LOL. Beliau juga meyakinkan bahwa eik ini sedang konsultasi dengan dokter spesialis konsultan, jadi percaya aja, gitu intinya mah.

Nah, intinya sih seperti dugaanku, kalau mau aeng-aeng ke dokter senior, nggak usah banyak sotoy dan siap mental aja. Kalau beliau nggak bilang apa-apa, ya berarti aman, LOL. Pengalamanku kalau ke dokter senior selalu gitu. Memang nggak membuatku nyaman, tapi ilmu dan pengalamannya ya nggak diragukan lagi. Buat yang suka kepo dan sotoy harap siap mental pokonya mah ;))).

Gitu deeeh, kontrol lagi bulan depan. Masih belum mutusin lanjut ke dr. siapa. Masing-masing ada plus minusnya. Kalau Pak Baba sih yakin dokter Diah ini pinter. Aku pun tak ragu lah makcikkk~ Cuman jiwa haus pengayoman ini penginnya tetep diceritain yang panjang lebar kan ya tentang kondisi bayi, hehehe.

Oiya, kontrol di sini murcinta bambinaaa. Aku hanya habis 226.000, usg 75ribu, dokter 105ribu, obat flu 16ribu, dan sisanya obat pengencer darah. Biasanya di JIH habis 600ribuan, fantastic baby dance!

Love,
@diladol

Jumat, 19 Januari 2018

Cerita Hamil Mil #2: Detak Jantung di Usia Janin 10 Minggu

Ini cerita kontrol ketigaku ke dokter kandungan. Karena merasa nyaman dengan penjelasan dokter Mitta Prana, aku kembali kontrol ke beliau di RS JIH pada
17 Januari 2018.

Oiya, proses ke dokter Mitta Prana ini agak repot, karena nggak bisa daftar via whatsapp. Biasanya, di JIH, daftar dokter bisa melalui WA resmi JIH dengan format yang simpel mulai jam 8 pagi. Namun, memang ada beberapa dokter yang tidak bisa mendapatkan antrean via daftar WA, jadi harus datang langsung, termasuk dokter Mitta Prana dan dokter Enny Pamuji.

Agar tetap dapat nomor antrean awal, dua kali kesempatan ini, Pak Baba daftar langsung ke RS JIH pada pukul 7 pagi. Lalu pulang. Dan nanti kami berangkat lagi sesuai jam praktik dokter, sekitar pukul 9-10 pagi hari Senin-Sabtu di RS JIH. Ambil nomor pukul segitu, kami mendapat nomor 3 dan 4. Namun, nggak usah khawatir, karena selama yang kutau antrean dokter Mitta Prana ini belum terlalu banyak, sekitar sampai 15 nomor. Jadi kalau kamu mau langsung datang saat jam praktiknya juga masih tahanlah antrenya, hehe. Kemarin kebetulan bareng dengan teman yang periksa juga. Dia datang jam 9 dan dapat nomor antrean 8. Begitulah.

Oke, saatnya masuk ke ruang priksa. Alhamdulillah Mil tumbuh lebih besar. Kepalanya besar, tubuhnya kecil dan masih terlihat meringkuk seperti udang :"). Tubuhnya juga sudah bisa diukur, yaitu 3,05 cm. Dokter Mitta Prana juga mengizinkanku mendengar detak jantungnya ;"). Mo nangis ya Allah, alhamdulillah. Detak jantungnya terdengar seperti suara kuda pacu, hehe. Kata dokter Mitta Prana, iramanya bagus, normal. Aamiin semoga terus begitu.

Kali ini, aku diresepin tambahan vitamin kalsium DHA selain folamil genio. Aku juga masih minta obat mual muntah, tapi minta ganti yang generik saja, yaitu Ondansetron. Kemarin diresepin Narfoz, sebiji 20ribu, emji! Sedangkan Ondansetron hanya 2ribu, haha.

Aku juga menanyakan beberapa keluhan yang ditanggapin dokter Mitta Prana sebagai hal wajar bagi bumil.

1. Sembelit
2. Mulut terasa pahit dan asam, disarankan untuk makan permen mint atau gulas.
3. Sulit minum air putih, memicu muntah. Disarankan menambahkan potongan buah ke air putih agar lebih ada rasa, dan minum dalam keadaan dingin.
4. Timbul ruam di sekitar bibir. Ini aku takut kalau-kalau penyakit, hehe. Ternyata mungkin serangga atau pulut makanan. Kalau terus melebar diminta konsul ke dokter kulit.

Sekian cerita kontrolku di kehamilan dengan usia janin 10 minggu ;). Sampai jumpa di kontrol berikutnya ya, aku diminta kembali satu bulan kemudian.

Love,
@diladol

Cerita Kehamilan #1 bisa dibaca di sini.

Rabu, 17 Januari 2018

Cerita Hamil Mil #1: Usia Kehamilan 8 Minggu, Tapi Kantung Janin Belum Terlihat

Cerita Kehamilan #1

Aku berniat mau rajin nulis jurnal kehamilanku yang kedua di blog ini, doakan aja semoga istiqomah, karena dulu kehamilan pertama nggak ada ceritanya, hiks.

Saat usia kehamilanku 8 minggu, dihitung berdasarkan HPHT (Hari pertama haid terakhir), aku cek ke dokter. Tentunya setelah mencoba testpack berkali-kali ya, dan semua hasilnya garis dua. Pas kali pertama ngecek masih sangat-sangat samar, jadi kuulang setiap hari, LOL. Semakin hari semakin jelas, jadi aku mantapkan periksa saat hitungannya sudah 8 minggu.

Aku pergi ke dokter Intan Titisari, SPOG di RS JIH, RS favoritku. Dulu saat anak pertama, aku juga rutin kontrol dan melahirkan di sana. Saat masuk ke ruangan dokter, aku langsung diperiksa USG. Oiya, fyi, siklus haidku tidak teratur. Sebelum akhirnya positif ini, aku sempat mengalami macet haid selama 3 bulan dan harus minum obat pelancar haid. Setelah minum obat, akhirnya aku haid juga, 2 kali haid, lalu positif.

Saat di-USG asli cemas banget, apalagi aku nggak bisa melihat ada sesuatu di layar monitor yang menampilkan rahimku. Dokter juga bilang, ini belum terlihat apa-apa. JLEGER. Kayak kesamber petir beneran, rasanya mau nangis, hiks. Dr. Intan menjelaskan bisa jadi karena siklusnya yang panjang dan tidak teratur, jadi belum terlihat di USG perutnya. Beliau menawariku untuk dicek dengan USG transvaginal, yang langsung ditolak Pak Baba. Alasannya? Dulu saat kehamilan pertama aku pernah tuh dimasukin alat itu, dan aku jerit-jerit nggak karuan, LOL. Jadi, Pak Baba langsung mutusin, nggak usah aja dok. Sementara aku galau bengat. Pengin mastiin juga, tapiiii takut juga diperiksa pakai "gituan".

Jadinya, aku putuskan untuk menunggu 2 minggu kemudian, yang rasanya bagaikan 2 abad, LOL. GALAU segalau-galaunya, asli. Cemen banget deh, ternyata hamil kedua nggak menjamin lebih nyantai atau woles, yah, buibu. Selama waktu menunggu, tentunya aku banyak browsing ya tentang kasus-kasus yang sekiranya sama denganku. Di google, di blog-blog orang, di forum ibuhamil.com, hehehe, siapa sih yang nggak mantengin ibuhamil.com? LOL

Daaan, seperti yang udah aku tahu juga, bahwa browsing itu tidak akan melegakan, pasti malah menjerumuskan aku ke kasus-kasus yang tidak aku inginnya, misalnya kehamilan BO atau blight ovum atau kehamilan kosong. Aku pun banyak browsing dengan kata kunci yang sekarang kutulis menjadi judul postingan ini. Harapannya, kalau kamu kebetulan punya kasus yang sama, dan bisa menemukan tulisanku, kamu akan lega. Karena ....

Tiga minggu kemudian, aku cek lagi ke RS JIH, kali ini ke dr. Mitta Prana SPOG. Kenapa bukan 2 minggu? Karena aku liburan akhir tahun dulu ke Bali, wkwkw. Saat itu, aku udah mulai mual dan muntah, tapi masih belum yakin, apakah Mil (panggilan untuk bayiku) mau menampakkan dirinya saat di USG.

Saat masuk ke ruangan dr.Mitta tentu saja jantungku ini udah dag-dig-dug nggak karuan asli. Saat alat USG diusapkan ke perutku. ALHAMDULILLAH, Mil telah menampakkan wujudnya, huhuhu T.T. Saat itu sudah ada kantung janin berukuran 2,9 cm dan bahkan sudah ada janinnya. Huhuhuhu lega bangettttt. Usia kandungan menurut USG dinyatakan 7 minggu 6 hari. Padahal saat itu, menurut HPHT 11 minggu. Kata dokter nggak masalah, ini bentuknya juga bagus, berarti kemarin memang karena haid nggak teratur aja, jadi memang belum terlihat. Aku diminta kontrol 2 minggu kemudian.



Lega banget rasanya, meskipun tetap was-was karena belum bisa mendengar detak jantungnya. Tapi, kami harus bersabar sampai 2 minggu kemudian ^^.

Untuk kamu yang mungkin berkasus sama denganku, tetap semangat yaaa! Positif thinking selalu, kalau sudah rejeki, insyaallah janin, bayi yang kita harap-harapkan pasti akan muncul :)

Love,