Sabtu, 10 Maret 2018

Cerita Hamil Mil #4: Periksa Kehamilan di RSA UGM dengan dr. Esti Utami, SpOg

Sebenarnya mau cerita ini agak pelit sih, nanti kalok pada tahu trus kepengin juga, antrean eike jadi banyak, donk? LOL. Namun, kembali lagi pada prinsip #bundasoleha2018 yang gemar berbagi dan pembaca blog ini yang nggak seberapa, LOL, jadi yaweslah. Here we go!

Sebelum periksa di RSA UGM ini aku sudah mencoba beberapa tempat, yaitu RS JIH dan RSIA Adinda. Kalok dari kehamilan pertama dan sebelum hamil kedua juga dihitung, berarti tambah: RS Sakina Idaman dan RS Hermina. Nah, aku pengin nyobain RSA UGM karena jaraknya yang benar-benar satu kali salto dari rumah. Dan, meski doi RS tipe B, RSA UGM ini menerima rujukan langsung dari faskes pertama. Gosip-gosip yang terdengar kalok ada riwayat SC, yey bisa dirujuk melahirkan di RS. Jadi, mulai sekarang cari RS yang lengkap, cucmey, dan ramah BPJS.

Selain karena dekat, RSA UGM juga punya fasilitas NICU (ICU untuk bayi). Nggak berdoa sampai pakai yah. Namun, karena dulu anak pertamaku sempat masuk NICU JIH, aku makin yakin harus milih tempat lahiran berupa RS yang selengkap-lengkapnya. Kalok bisa yang BPJS, kalok nggak bisa ya tetep siap duwik maning duwik maning, :D.

Okeh. Kali pertama periksa di RSA UGM, kita harus daftar dulu. Kalok yey belum terdaftar sebagai pasien, yey tida bisa ambil nomor antrean via telepon. Dan, daftarnya harus dateng langsung banget. Huft, siap melawan mager dan antre yes. Meskipun ambil jalur umum (non-BPJS) antrean pendaftaran di RSA UGM ini cukup kiamat. Buat daftar doank, aku datang pagi dan dapat nomor 19. Padahal setelah daftar, nomor antre polinya nomor 2.

Dokter kandungan di sindang ada 2, yaitu dr Esti Utami, SpOg dan dr Widya Astuti, SpOg. Jadwal praktik mereka sama, Senin-Sabtu pukul 09.00-12.00 WIB. Aku memilih dokter Esti karena belakangnya ada embel-embel (k) alias konsultan subspesialis. Btw tambahan gosip nggak penting, dokter ini basodara, kakak-adik, dan dua-duanya adalah kakak ipar dari travel blogger tersohor Simbok Olenka. Hehehe.

Key, lanjut, yak! Seperti biasa akika nerves kalok mau ketemu dokter yang belum pernah ditemui. Nanti kalok galak gimana? Kalok cuek gimana?

Akhirnya setelah nunggu nggak berapa lama, masuk juga ke ruang praktik. Ruang praktiknya cukup luas dibanding dengan RSIA Adinda dan RS JIH. Ruangan untuk USG berjarak banget dari meja dokter dan ada penutupnya, tapi tenang suami-suami bole masuk, hehe.

Dokter Esti Utami, SpOg ini cantik dan terlihat masih muda. Doi juga sopan dan ramah, sering menjawab dengan aksen Bahasa Jawa alus, jadi sayang, deh. LOL. Pertanyaan-pertanyaan juga dijawabnya dengan enak, nggak buru-buru. Fyi, antrean poli ini emang lengang sih, hahaha, i love RSA UGM. Doi menjelaskan perkembangan janin, ukuran janin, dan nasihat lainnya.


Usia janin pada 1 Maret 2018 adalah 16 minggu 3 hari (kami sepakat lanjut pakai usia USG karena mens yang nggak teratur). HPL akika ditentukan 15 Agustus 2018. Dari tiga USG sebelumnya juga sama terus HPLnya. Berat janinnya 149 gram dan itu sae-sae aja say~. Dokter bilang bagus. Untuk urusan berat janin, aku emang cukup was-was. Intinya aku nggak mau BBLR (berat badan lahir rendah) pada anak pertamaku terjadi lagi. Jadi, aku selalu langsung cerita ke dokter yang kutemui untuk konsen pada hal itu. Dari ketiga dokter yang kutemui langsung menyarankan aspilet untuk pelancar darah agar asupan makanan lancar ke janin. Dokter Esti juga menyarankan lanjut aspilet dan ditambah penambah darah. Katanya tensi yang potensi tinggi memang sangat berpengaruh pada berat janin. Siap!

Lalu, tentang kontrol dengan BPJS, dr. Esti dengan ramah menjawab bisa, karena aku ditakutkan potensi tensi tinggi (jangan sampai pre-eklamsia). Dokter memintaku untuk tes urin lengkap dan darah, dan menyarankan untuk melakukannya di Puskesmas saja. Kabar dari bidan-bidan RSA UGM, di Puskesmas malah nanti diperiksa juga menyeluruh dari tes lab, gigi, dan gizi GRATIS, malah nanti bisa sekalian dirujuk ke RSA UGM untuk kontrol selanjutnya. Jadi, silakan menggunakan kesempatan itu. Paling enggak wajib 1x periksa di Puskesmas untuk pendataan pemerintah. Kader posyandu di kampungku pun berpesan demikian. Tentang Puskesmas ini akan kuceritain di post selanjutnga, yah!

Well, acara konsultasinya selesai, kami lanjut antre obat dan bayar. Hmm, ini adalah bagian favoritku karena total bayarnya murceee seusssss! Ughlala. Biaya dokter, cetak hasil USG, dan vitamin-vitamin cukup 211ribu saja! Emjiii~


Sepertinya, kami cukup mantap untuk lanjut periksa di RSA UGM karena merasa cucmey dengan dokter, jarak, dan biayanya. Meskipun, lagi-lagi masalah layar USG yang bures membuatku tiada paham, LOL. Jadi, yakin aja sama dokternya.

Love,
@diladol




9 komentar:

  1. Makdiiiiiillll... HPL kita sama! Lalu lima hari kemudian adalah ultahku *penting* mihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumpah bareng bangettt? Asyik bisa sharing2 nih kitaaa hihi. Wih siapa tau bs bareng nnti ultahnya mak hehehe

      Hapus
  2. Hahaha iya banget, HPHT 8 November dan dihitung dr ukuran si bayi juga segituan. yapalingatau maju kan ya cuma dikit2 nggak sih mak? Padahal aku penginnya cuti sekalian abis libur lebaran, tapi ternyata lebarannya masih juni 💔

    BalasHapus
  3. buk, priksa disana per 30 hari apa 15 hari?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu pas pertama periksa tiap 15 hari, karena masih ngecek pertumbuhan janin. Sekarang 30 hari.

      Hapus
  4. Mbak crita ttng pemeriksaan puskesmas donk hehehe

    BalasHapus
  5. Mbaak, udah kalo biaya persalinan di RS UGM tau gak? Mhihi ��

    BalasHapus
  6. Bun, itu usg nya brp dimensi ya?

    BalasHapus
  7. Mbak,,,, review persalinan di RSA UGM dong.

    BalasHapus